Prof.Dr. Wahyu Wibowo: Puisi Tanpa Meta AI Karya Pulo Lasman Simanjuntak Memainkan Efek Perlokusi Pembacanya

Pulo Lasman Simanjuntak
Pulo Lasman Simanjuntak – (Sumber: Koleksi pribadi)

PISAU SASTRA – Kolom OPINI, Jumat (14/02/2025) – Puisi tanpa Meta, teknologi kecerdasan buatan (AI)  karya Penyair Pulo Lasman Simanjuntak (63) yang juga dikenal sebagai pewarta dan rohaniawan di bawah ini, silahkan dibaca.

KEMARAU MEMBAKAR SAJAKKU

sungguh,
kemarau telah membakar sajakku
cuaca ganas
merayap-rayap
di atas pohon meranggas
daunnya sudah rontok
mengeluarkan semburan
gas berapi

lidah kemarau yang keji
nyaris melahap
ratusan ikan
dalam kolam
kekeringan

aku berjalan perlahan
pasti berkeringat
karena matahari
sudah lelah
berteriak-teriak

kunyanyikan mantera-mantera awan
dari seberang lautan
tak lagi berombak

sungguh
kemarau telah membakar sajakku
suhu udara panas
menyiksa
sekujur tubuh
disiram air tanah
keruh
berbau busuk

sunyi hanya mengalirkan darah beku
mengerikan
mematikan
mengejar hujan buatan

Jakarta, Minggu, 22 Oktober 2023

***

KHOTBAH

khotbah selama berabad-abad
sudah dipanggil
di atas mimbar tradisional
sampai ditelan dengan rakus
kelaparan media digital

kami ingin berjalan pasti
menerobos langit merah
meskipun setiap jam berdentang
mengalahkan keras
kita tersesat
di permukiman liar

tidak bisa menyanyi lagi
sekitar lima ribu orang
makan roti komuni
ikan ikut terbang
benua orang-orang kesepian

Advertisements
Post Middle

haruskah kita bermain sandiwara?
seluruh pesan surga
disampaikan berulangkali
di layar zoom
menyanjikan segelas jeruk
di perut matahari

sementara fashion kita
benar-benar beku
terpukul keras oleh bulan

di bawah jembatan
seribu mobil terapung
trotoar jalan remang-remang
air toilet bertebaran

aku tidak bisa lagi
melanjutkan khotbah ini
karena harus bergegas
kembali ke rahim bumi

dengan tangan berkerudung
di sembilan mata angin
berjualan amarah
sangat membosankan

Jakarta, tahun 2023

“Kali ini, melalui dua judul puisinya itu yakni  Kemarau Membakat Sajakku dan  Khotbah Penyair Pulo Lasman Simanjuntak memainkan efek perlokusi (daya respons) pembacanya,” komentar Prof. Dr. Wahyu Wibowo, Dosen Mata Kuliah Filsafat Bahasa di Fakultas Bahasa dan Sastra Universitas Nasional (UNAS)  di Jakarta, Kamis (13/02/2025).

Prof.Dr.Wahyu Wibowo
Prof.Dr.Wahyu Wibowo – (Sumber: Lasman Simanjuntak)

Dengan imaji yang sebenarnya biasa saja, yaitu penggunaan kolokasi ”kemarau membakar” yang oleh Pulo Lasman Simanjuntak  diberi lanjutan “membakar sajakku” sehingga makna puitik yang hendak dicapainya adalah puisi yang terbakar dalam pemahaman perlokusi tadi.

“Bagaimana Pulo Lasman Simanjuntak  menggantungkan pada respon pembaca puisinya,” kata Prof.Dr.Wahyu Wibowo lagi.

Menurut Prof.Dr.Wahyu Wibowo, gaya ucap yamg perlokutif itu juga ditemukan pada puisi Pulo Lasman Simanjuntak berikutnya. Ketika ia mengatakan “khotbah selama berabad-abad sudah dipanggil di atas mimbar” alias sudah lama khotbah menjadi “tamu” mimbar dan itu yang dipertanyakan Pulo Lasman Simanjuntak sehingga sajaknya memiliki daya perlokutif bagi siapa pun pembacanya.

“Tanpa memerlukan kaitan dengan perkembangan teknologi kecerdasan buatan AI, misalnya, yang belakangan sedang marak menjadi perbincangan. Begitulah  Pulo Lasman Simanjuntak yang membiarkan sajaknya bernyanyi sendiri, seperti ucapannya, khotbah  berabad-abad sudah dipanggil,” pungkas Prof. Dr. Wahyu Wibowo. (Lasman Simanjuntak).

***

Judul: Prof.Dr.Wahyu Wibowo: Puisi Tanpa Meta AI Karya  Pulo Lasman Simanjuntak Memainkan Efek Perlokusi Pembacanya
Penulis: Pulo Lasman Simanjuntak
Editor: Jumari Haryadi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *