PISAU SASTRA (PisTra), Kolom RUANG KARYA/CERPEN, Senin (10/11/2025) – Puisi berjudul “Perempuan di Tepi Waktu” ini merupakan karya original dari Yoyo C. Durachman, seorang penulis, pengarang, dosen, sutradara, dan budayawan Cimahi. Saat ini aktif sebagai anggota Dewan Penasehat, Pakar, dan Pengawas (DP3) Dewan Kebudayaan Kota Cimahi (DKKC).
Perempuan hari ini
adalah benang yang ditarik dua mata angin:
yang satu menuju akar,
yang satu menuju layar kaca.
Ia adalah bulan di langit cermin,
terang tapi selalu dipantulkan,
tak pernah utuh tanpa tafsir dari mata
yang sudah lupa cara memandang jiwa.
Di dadanya tumbuh taman
berisi bunga logika dan duri harapan.
Ia menyiramnya dengan sisa waktu,
di antara jam digital dan suara notifikasi.
Namanya disebut
di banyak altar dan iklan,
disanjung dalam bahasa motivasi,
tapi jarang didengar ketika ia berkata:
“Aku bingung memilih bentukku sendiri.”
Ia menyimpan laut di matanya—
tenang di permukaan,
namun pasang surutnya ditentukan
oleh rembulan yang tak ia kendalikan.
Langkahnya menyusuri jalan
yang dulu dari batu nilai,
kini dari kaca yang retak oleh opini.
Dan tiap retakan
memantulkan wajah yang berbeda.
Ia ingin menjadi api,
namun diminta menjadi lilin.
Ia ingin menjadi tanah,
namun ditaburi bunga plastik
yang harum tapi tidak tumbuh.
Ia adalah suara
di antara dua gelombang:
yang satu adalah tradisi,
yang satu adalah tren,
dan ia tak tahu
mana yang menggulung, mana yang membebaskan.
***
Judul: Perempuan di Tepi Waktu
Pengarang: Yoyo C. Durachman
Editor: Jumari Haryadi
Sekilas tentang pengarang

Yoyo C. Durachman adalah seorang seniman dan budayawan Cimahi yang multitalenta. Pria kelahiran Bandung, 21 September 1954 ini dikenal sebagai dosen, aktor, sutradara, penulis, pengarang, dan budayawan.
Selama karirnya dalam dunia teater, tidak kurang dari 30 pementasan telah dilakukan Yoyo dengan kapasitas sebagai sutradara, pemain, penata pentas, konsultan, dan pimpinan produksi. Naskah drama berjudul “Dunia Seolah-olah” adalah naskah drama yang ia tulis dan dibukukan bersama naskah drama lain milik Joko Kurnain, Benny Johanes, Adang Ismet, Arthur S. Nalan, dan Harris Sukristian.
Pensiunan dosen Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung ini kini sering diundang sebagai juri maupun sebagai narasumber diberbagai kegiatan kebudayaan. Selain itu, Yoyo juga aktif sebagai anggota Dewan Penasehat, Pakar, dan Pengawas (DP3) Dewan Kebudayaan Kota Cimahi (DKKC).
***