Sumber Foto: wikipedia
Haji Hasan Mustapa, selain dikenal sebagai pengarang besar yang jumlah karyanya besar dan sangat bernilai, Ia juga dikenal sebagai Hoofd, Penghulu, yang cerdik dan luas pengetahuannya, baik mengenai agama ataupun tentang kebudayaan Sunda. Haji Hasan Mustapa berasal dari asal Cikajang Garut, Jawa Barat, lahir pada tahun 1852 dan wafat pada tahun 1930.
Menurut R.A.A. Wiranatakusumah, Bupati Bandung, menyebutkan dalam kata pengantar buku Haji Hasan Mustapa yang diterbitkan tahun 1937, bahwa Ia adalah pujangga besar yang buah pikiran dan karya-karyanya bermutu tinggi dan sangat berguna bagi mereka yang mempelajarinya. Bahkan menurut Utuy T. Sontani, karya-karya Haji Hasan Mustapa jauh meninggalkan karya-karya pengarang di zamannya. Dalam karya-karyanya tidak lagi menyuapi pembaca dengan nasihat, tetapi mengajak pembaca berpikir kreatif dan mencari kepribadian sendiri agar tidak takut menentukan pilihan.
Ajip pun menyebutkan bahwa jika membaca karya-karya Haji Hasan Mustapa, orang Sunda sendiri akan merasakan ketidakmampuan berbahasa Sunda, terutama dalam hubungan dengan kekayaan khazanah kata-kata Sunda yang dimiliki Haji Hasan Mustapa serta kemahiran dalam menggunakannya.
Puisi dangding yang pada masa itu dianggap sebagai bentuk puisi yang harus ditaati peraturan-peraturannya serta diisi dengan “bahasa indah” yang telah klise, oleh Haji Hasan Mustapa diisi dengan bahasa yang plastis serta orisinal sehingga sifat spontanitas dan kreativitasnya tidak hilang.
Kuring
kuring ngawula ka kurung
kurunganana sim kuring
kuring darma dipiwarang
dipiwarangna ku kuring
kuringna rumingkang kurang
kurangna puguh ge kuring
kuring ngawula ka kurung
kurungan pangeusi kuring
kuring sagalana kurang
kurang da puguh ge kuring
kuring sagala teu kurang
sakur nu aya di kuring
kuring ngalantung di kurung
kurung kuring eusi kuring
kuring kurang batur kurang
rasaning pakuring-kuring
teu kurang pada teu kurang
batur batur cara kuring
Terjemahan
Hamba
hamba berhamba pada penjara
penjaranya ya hamba jua
hamba sekedar diperhamba
diperhambakan diri hamba
hamba nan kurang dalam kembara
kurang karena memanglah hamba
hamba berhamba pada penjara
diri hamba penjara hamba
hamba kurang dalam segala
kurang tersebab memanglah hamba
hamba tiada kurang segala
sejauh yang ada di diri hamba
hamba terlunta dalam penjara
penjara hamba berisi hamba
kurang orang, kurang pun hamba
semua merasa sangatlah kurangnya
tak kurang orang tak kurang pun hamba
orang dan hamba sama semata
(DH)
Sumber:
Ismail, Taufik. 2001. Dari Fansuri ke Handayani. Jakarta: Horison
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta. 1985. Biografi dan Karya Pujangga Haji Hasan Mustafa. Jakarta
Rosidi, Ajip. 1995. Sastra dan Budaya: Kedaerahan dalam Keindonesiaan. Jakarta: Pustaka Jaya. Terjemahan Puisi: Agus R. Sarjono