Sastra Meriah di Yogyakarta

Apsas ke-25 tahun 2025 di Yogyakarta
Suasana acara Apsas ke-25 tahun 2025 yang berlangsung di Yogyakarta pada Sabtu malam (01/02/2025) – (Sumber: Eddi Koben)

PISAU SASTRA (PISTRA)Kolom OPINI, Minggu (02/02/2025) – Esai berjudul “Sastra Meriah di Yogyakarta” ini adalah karya Eddi Koben yang merupakan seorang penulis, penggiat literasi, dan kini tinggal di Kota Cimahi, Provinsi Jawa Barat.

Saya seringkali merasa iri dengan perkembangan sastra di Yogyakarta. Di kota ini sepertinya orang-orang sangat akrab dengan sastra. Mereka terbiasa bercakap tentang puisi, cerpen, atau genre sastra lainnya. Mereka mempercakapkan itu begitu renyah seperti sedang mempercakapkan lagu hits terkini dari band papan atas negeri ini.

Hal tersebut setidaknya saya temukan dalam satu perjamuan sastra di Apresiasi Sastra (Apsas) ke-25, Yogyakarta, Sabtu malam (01/02/2025). Apsas bekerja sama dengan Radio Buku menggelar acara “100 Tahun Pramoedya Ananta Toer, AA Navis, Sitor Situmorang, dan Franz Kafka”.

Eddi Koben
Eddi Koben, Penulis – (Koleksi pribadi)

Acara sastra yang sudah rutin digelar selama 20 tahun sejak 2005 ini selalu menyuguhkan acara yang menarik. Bedah buku, musikalisasi puisi, pembacaan puisi/cerpen/petikan novel, serta diskusi sastra selalu menghadirkan para pembicara ternama dari kalangan sastrawan tanah air.

Apsas ke-25 ini menampilkan pembicara utama seperti Saut Situmorang (penyair), Raudal Tanjung Banua (cerpenis), Muhidin M. Dahlan (esais/pramis), dan An Ismanto (esais). Mereka membicarakan 3 sastrawan terkemuka tanah air (Sitor Situmorang, AA Navis, dan Pramoedya Ananta Toer), serta satu orang sastrawan dunia, Franz Kafka. Diskusi mereka dipandu oleh Sigit Susanto, sang pendiri Apsas.

Acara Apsas ke-25 ini dimulai pada pukul 15.00 WIB dengan pembacaan puisi, cerpen, dan petikan novel karya para sastrawan yang diperingati itu. Sigit Susanto memberikan sambutan hangat dalam pidato singkatnya untuk membuka acara ini. Ia mengungkapkan rasa bahagianya bisa kembali ke tanah air untuk menggelar kegiatan ini. Sigit memang selama ini tinggal di Kota Zugg, Switzerland.

Selanjutnya, Hasta Indriyana, penyair Jogja, tampil membedah buku puisi karya salah satu penyair lokal Jogjakarta. Tiya Hapitiawati dan Ipang melanjutkan dengan diskusi hangat seputar proses penerjemahan sastra.

Advertisements
Post Middle
Suasana acara Apsas ke-25 yang berlangsung di Yogyakarta pada Sabtu (01/02/2025) - (Sumber: Eddi Koben)
Suasana acara Apsas ke-25 yang berlangsung di Yogyakarta pada Sabtu (01/02/2025) – (Sumber: Eddi Koben)
Kemeriahan acara Apsas ke-25 yang berlangsung di Yogyakarta pada Sabtu (01/02/2025) - (Sumber: Eddi Koben)
Kemeriahan acara Apsas ke-25 yang berlangsung di Yogyakarta pada Sabtu (01/02/2025) – (Sumber: Eddi Koben)

Usai jeda waktu Magrib dan Isya, acara berlanjut dengan pertunjukan musikalisasi puisi dari sekelompok mahasiswa sastra di Jogjakarta. Faiz Ahsoul juga tampil membicarakan buku kumpulan cerita bahasa Jawa karya Hasta Indriyana. Hasta pun kembali tampil membacakan cerita pendek berbahasa Jawa karyanya sendiri.

Flyer Apsas 2025 - (Sumber: Eddi Koben)
Flyer Apsas 2025 – (Sumber: Eddi Koben)

Malam semakin larut, para pengunjung bukannya berkurang, melainkan malah bertambah banyak. Pendopo di Balai Desa Panggungharjo sebagai tempat berlangsungnya acara tampak semakin ramai dan meriah. Lebih dari 100 pengunjung tak beranjak dari tempat itu. Mereka menunggu para sastrawan idolanya macam Saut, Raudal, Gus Muh, maupun Ismanto tampil di panggung untuk berdiskusi secara interaktif.

Suasana perjamuan sastra seperti inilah yang sulit ditemukan di kota-kota besar lainnya macam Bandung atau. Jangan tanya dengan penyelenggaraan acara sastra di kota-kota kecil macam kota kelahiran saya, Cimahi, nyaris tak ada denyutnya.

Daftar buku yang diulas dalam acara Apsas 2025 di Yogyakarta - (Sumber: Eddi Koben)
Daftar buku yang diulas dalam acara Apsas 2025 di Yogyakarta – (Sumber: Eddi Koben)

Hal itu setidaknya saya rasakan sendiri saat saya menghadiri acara bedah buku “3 Prosa Kafka dalam 13 Bahasa Daerah Nusantara” bulan lalu di Kedai Jante, Perpustakaan Ajip Rosidi, Bandung. Acara bedah buku itu hanya dihadiri oleh sedikit orang. Mungkin juga saat itu hujan menjadi kendala orang-orang untuk menghadiri acara. Belum lagi ada tayangan siaran langsung sepakbola Liga Indonesia di televisi yang menampilkan Persib, tim kesayangan warga Jawa Barat khususnya Bandung. Warga Bandung lebih memilih menonton Persib daripada menghadiri acara bedah buku.

Inilah tantangan besar bagi para pegiat sastra di luar Jogjakarta. Saya bermimpi atmosfer besar acara sastra seperti di Yogyakarta dapat menular juga ke kota-kota lainnya. Harapannya, sastra akan lebih dekat dikenal oleh masyarakat sebagai medium penting untuk berbagi ide dan pemikiran. Rupanya kita perlu belajar banyak pada para pegiat sastra di kota budaya ini. (Eddi Koben)

***

Judul: Sastra Meriah di Yogyakarta
Penulis: Eddi Koben
Editor: Jumari Haryadi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *